Info

Tak Hanya Korban, Pelaku Cyberbullying Juga Bisa Alami Gangguan PTSD

Cyberbullying merupakan praktik perundungan melalui media daring, biasanya di media sosial.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Cyberbullying di media sosial (unsplash)
Cyberbullying di media sosial (unsplash)

Himedik.com - Umumnya, cyberbullying atau praktik perundungan melalui media daring selalu berfokus pada korban yang dikaitkan dengan beberapa gejala gangguan stres pasca trauma (PTSD).  Namun, sebuah studi baru terhadap ribuan remaja di Inggris menunjukkan pelaku juga dapat mengalaminya.

Lebih dari seperempat pelaku cyberbullying menderita gejala gangguan PTSD. Ana Pascual-Sánchez, psikolog klinis yang juga menulis penelitian di Imperial College London mengatakan ia dan timnya terkejut dengan hasil itu.

Studi yang terbit dalam Archives of Disease in Childhood Journal ini menemukan sebanyak 35% korban cyberbullying mendapat skor di atas ambang batas untuk gejala PTSD, sementara 29% remaja yang melakukan cyberbullying menunjukkan tanda-tanda PTSD.

Pelaku juga cenderung menjadi pengganggu dalam keseharian, kata para peneliti.

"Sepertinya anonimitas yang disediakan oleh sarana daring dapat meningkatkan risiko kejahatan cyberbullying, menyediakan platform yang mudah diakses dan dapat menjangkau orang lain dengan cepat serta mudah," kata Pascual-Sánchez, dilansir CNN Internasional.

Waduh! Gadget Lebih Penting dari Pasangan? (shutterstock)
Ilustrasi cyberbullying (shutterstock)

Karena ini adalah studi informasi, tidak ada temuan resmi tentang mengapa beberapa pelaku cyberbullying menunjukkan gejala PTSD.

"Penelitian lebih lanjut perlu diselesaikan untuk memahami penyebab dan untuk menyelami lebih dalam gejalanya," kata Pascual-Sánchez.

Di sisi lain, Sameer Hinduja, co-direktur Cyberbullying Research Center dan profesor kriminologi di Florida Atlantic University mengatakan ia belum pernah mendengar pelaku cyberbullying juga mengalami gejala PTSD dalam penelitiannya.

Tapi menurutnya itu masuk akal dengan pergulatan kesehatan mental lain yang dia amati terkait dengan cyberbullying.

"Kami benar-benar membutuhkan tenaga profesional untuk terus mempelajari beberapa komponen psikologis dan fisiologis yang mendasarinya, yang dapat menyebabkan masalah ini," kata Hinduja.

Berita Terkait

Berita Terkini