Info

Apa yang Terjadi pada Otak saat Putus Cinta?

Jika Anda merasa sakit fisik atau mengalami "sakit hati" setelah putus cinta, bisa jadi karena otak bereaksi terhadap situasi dengan cara yang sama ketika Anda terluka secara fisik.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi putus cinta, patah hati. (Shutterstock)
Ilustrasi putus cinta, patah hati. (Shutterstock)

Himedik.com - Putus cinta maupun patah hati mungkin pernah menjadi momen terberat bagi banyak orang. Tak jarang putus cinta meninggalkan luka yang cukup lama. Tapi tak cuma soal perasaan, tahukah Anda bahwa putus cinta juga bisa memengaruhi otak?

Inilah kenapa Anda mungkin mendapati diri terobsesi dengan mantan, susah berkonsentrasi pada hal-hal lain bahkan menyalahkan diri sendiri ketika baru saja putus cinta.

Lantas, bagaimana sebenarnya putus cinta memengaruhi otak Anda? Dirangkum dari Elite Daily, berikut fakta menariknya!

1. Otak memproses rasa sakit putus cinta dengan cara yang sama dengan rasa sakit fisik
Pada 2011, ahli saraf kognitif di Universitas Columbia ingin menguji kesamaan antara pengalaman penolakan sosial dan rasa sakit fisik. Untuk melakukan ini, mereka melakukan penelitian menggunakan scan fMRI untuk melihat aktivitas otak individu yang telah mengalami perpisahan yang tidak diinginkan dalam enam bulan terakhir.

Peserta diperintahkan untuk melihat foto mantan mereka sambil berpikir tentang ditolak. Mereka juga melihat foto-foto teman, dan terpapar rasa sakit melalui probe panas di lengan. Para ilmuwan menemukan bahwa area otak yang sama menyala ketika partisipan dalam kesakitan fisik dan ketika mereka berpikir untuk ditinggalkan oleh mantan pasangannya, tetapi tidak terjadi ketika melihat foto teman-teman mereka.

Jadi jika Anda merasa sakit fisik atau mengalami "sakit hati" setelah putus cinta, itu bisa jadi karena otak Anda bereaksi terhadap situasi dengan cara yang sama ketika Anda terluka secara fisik.

Ilustrasi putus cinta, patah hati. (Shutterstock)
Ilustrasi putus cinta, patah hati. (Shutterstock)

2. Anda mungkin mengalami mengidam, seperti seseorang yang berjuang melawan kecanduan
Sebuah studi 2010 oleh para peneliti Helen Fisher dan Lucy Brown memindai otak 15 orang dewasa muda yang baru-baru saja putus dan melaporkan bahwa mereka masih merasakan cinta yang penuh gairah.

Banyak dari peserta masih berusaha untuk mendapatkan pasangan mereka kembali melalui metode yang tidak pantas seperti menelepon larut malam, mengirim beberapa pesan atau datang ke tempat mereka tanpa diundang. Yang lain melaporkan bahwa mereka merasa tertekan dan sedih.

Jadi jika Anda ditolak atau putus cinta dari mantan dan masih menginginkan orang itu, cara kerjanya seperti halnya seseorang yang menderita kecanduan atau seseorang yang pertama kali jatuh cinta.

Penelitian menunjukkan bahwa sistem motivasi menyala, terlepas dari apakah Anda bahagia karena benar-benar cinta atau hanya terobsesi dengan mantan. Bagaimanapun, Anda terdorong untuk memikirkan orang tersebut dan ada kebutuhan kuat untuk menemukan mereka.

Ilustrasi pasangan konflik, mengakhiri hubungan atau putus cinta. (Shutterstock)
Ilustrasi pasangan konflik, mengakhiri hubungan atau putus cinta. (Shutterstock)

3. Seperti hati, otak akan pulih
Studi 2010 juga menemukan sesuatu yang menjanjikan. Fisher dan Brown menemukan bahwa otak orang-orang yang ditolak atau putus cinta ini mungkin telah secara aktif berusaha membuat mereka merasa lebih baik atau bertindak lebih bijak di masa depan.

Ada peningkatan aktivitas di area otak yang terkait dengan pengaturan emosi dan menghambat reaksi impulsif. Sederhananya, meskipun otak manusia cenderung ke arah nafsu keinginan dan obsesi, otak itu juga tampaknya dipasangkan untuk pemulihan dan pengambilan keputusan yang lebih baik setelah putus cinta.

Berita Terkait

Berita Terkini