Info

China Khawatir Wabah Pes dari Mongolia, Waspadai Gejala Infeksinya!

China mengumumkan kekhawatirannya menghadapi wabah Pes dari Mongolia sehingga menerapkan siaga tiga.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi penyakit pes (Shutterstock)
Ilustrasi penyakit pes (Shutterstock)

Himedik.com - China mengumumkan kekhawatirannya setelah mengidentifikasi kasus penyakit Pes di kota Bayannur, Mongolia. Pihaknya khawatir penyakit ini bisa menjadi wabah Pes atau bubonic plague sehingga mereka mulai siaga tingkat tiga.

Kasus pertama yang diduga wabah Pes ditemukan di sebuah rumah sakit di Banner Tengah Urad, kota Bayannur. Pasien adalah seorang gembala yang dalam kondisi stabil dan masih karantina.

Kasus dugaan kedua melibatkan seorang anak usia 15 tahun, yang nampaknya telah berhubungan dengan seekor marmut yang diburu oleh anjing.

Karena itu, China siaga tingkat tiga yang melarang perburuan dan konsumsi hewan, terutama yang bisa menyebabkan wabah penyakit.

Gejala Penyakit Pes

Penyakit Pes sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri yersina pestis yang bertanggung jawab atas salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

Dilansir dari Express, yersina pestis menyebabkan 3 jenis wabah yang berbeda, termasuk jenis septikemia dan pneumonia.

Masing-masing wabah itu hadir dengan gejala berbeda. Tetapi, penyakit Pes mungkin menyebabkan gejala yang paling tumum.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), orang-orang yang terinfeksi penyakit Pes akan mengalami gejala seperti demam mendadak, sakit kepala, dingin dan lemah, satu atau lebih kelenjar getah bening bengkak, ketiak atau selangkangan dan nyeri ketika ditekan.

Ilustrasi virus (Shutterstock)
Ilustrasi virus (Shutterstock)

Mengenal Penyakit Pes

Wabah pes ini telah disebut sebagai kematian hitam atau "black death", karena telah menewaskan sekitar 50 juta orang di seluruh Afrika, Asian dan Eropa pada abad ke-14.

Sejak itu, ada beberapa wabah besar. Wabah besar tahun 1665 menewaskan sekitar seperlima dari populasi di London. Sedangkan wabah abad ke-19 di China dan India menewaskan lebih dari 12 juta orang.

Namun dilansir dari BBC, sekarang ini penyakit Pes sudah bisa diobati dengan antibiotik. Jika tak diobati, penyakit yang ditularkan hewan ke manusia melalui kutu ini bisa meningkatkan risiko kematian 30-60 persen.

Adapun gejala penyakit Pes termasuk demam tinggi, menggigil, mual, lemah dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan.

Sebenarnya, kasus bubonic sudah jarak terjadi. Tetapi, masih ada beberapa flare-up penyakit dari waktu ke waktu.

Madagaskar melihat lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017. Tapi, sebuah studi dalam jurnal medis The Lancet menemukan kurang dari 30 orang meninggal dunia.

Pada Mei 2019, dua orang di negara Mongolia meninggal karena wabah penyakit. Mereka diketahui mengonsumsi daging marmut mentah sebelum meninggal.

Padahal marmut termasuk jenis hewan pengerat yang sama dengan kasus kedua yang diduga penyakit Pes. Namun, kecil kemungkinannya ada kasus yang mengarah ke apidemi.

"Tidak seperti di abad ke-14, kita sekarang memiliki pemahaman tentang proses penularan penyakit ini. Kami tahu cara mencegahnya dan kami juga merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik efektif," kata Dr Shanti Kappagoda, seorang dokter penyakit menular di Stanford Health Care.

Berita Terkait

Berita Terkini