Info

Studi: Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Kulit Babi

Sebuah studi dari Amerika Serikat mengungkap bahwa virus corona Covid-19 dapat hidup berhari-hari di kulit babi.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi babi. (Pixabay/skeeze)
Ilustrasi babi. (Pixabay/skeeze)

Himedik.com - Sebuah studi dari laboratorium bioweapons militer AS terbesar di Fort Detrick, Maryland Amerika Serikat melaporkan, bahwa virus corona disebut bisa bertahan di kulit babi hingga empat hari.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), studi tersebut telah diterbitkan dalam situs pracetak medRxiv.org pada hari Jumat (3/7/2020).

Mereka menemukan bahwa dari sampel, virus dapat bertahan paling lama di suhu kamar ada pada kulit babi, yakni hingga empat hari. Selain itu, virus tetap stabil pada kulit dalam suhu dingin selama percobaan dua minggu.

Para peneliti dari Institut Penelitian Penyakit Menular Angkatan Darat Amerika Serikat mengatakan mereka khawatir daging dapat membantu penyebaran virus corona.

"Tanpa pengujian ekstensif dan program pelacakan kontrak, transmisi di sekitar pabrik pengemasan daging kemungkinan akan terus menjadi masalah," kata tim yang dipimpin oleh David Harbourt dari divisi keamanan hayati di pangkalan itu.

Studi AS mengikuti wabah mengejutkan virus corona di Beijing bulan lalu. Sebagian besar dari 300 lebih kasus Covid-19, terkait dengan pasar makanan yang menjual produk daging dan sayuran dari dalam dan luar negeri. 

Harbourt dan rekan-rekannya meletakkan Sars-CoV-2 (virus corona penyabab Covid-19) pada kulit babi dan menyimpan sampel pada 4 derajat Celcius (39,2 derajat Fahrenheit), suhu daging babi biasanya disimpan dalam pengepakan daging dan pabrik pengolahan. 

Strain virus memiliki rata-rata paruh waktu hampir 47 jam untuk mematikan setengah dari patogen. Strain yang layak tetap dapat dideteksi selama dua minggu dalam kondisi dingin.

Ilustrasi babi (Shutterstock).
Ilustrasi babi (Shutterstock).

"Sangat mungkin bahwa pelepasan virus dari pekerja (pengolah daging) baik yang bergejala atau tidak bergejala tanpa alat pelindung diri yang sesuai akan menular di permukaan produk daging atau permukaan lainnya," kata para peneliti.

"Bahkan dengan pembersihan yang ekstensif, penularan masih dapat terjadi dengan adanya pekerja tanpa gejala dan tidak terdiagnosis karena peningkatan stabilitas virus dan viral load yang tinggi," imbuhannya. 

Tim Fort Detrick menemukan bahwa virus itu mati lebih cepat ketika suhu naik. Sampel kulit babi tetap positif selama empat hari pada suhu kamar (22 derajat Celcius) dan hanya delapan jam di musim panas (37 derajat Celcius).

"Kulit babi menyerupai kulit manusia dan efek pada keduanya kemungkinan akan serupa," catat para peneliti. 

Berita Terkait

Berita Terkini