Himedik.com - Pasien Covid-19 yang memiliki riwayat merokok atau menggunakan vape berisiko lebih tinggi mengalami stroke. Hal ini dilaporkan oleh sebuah studi dari peneliti Texas Tech University dan diterbitkan dalam International Journal of Molecular Sciences.
Dilansir dari Medical News Today, peneliti menunjukkan bahwa merokok sendiri telah menyebabkan kerusakan paru-paru dan sistem pernapasan. Selain itu, merokok atau menggunakan vape juga disebut membuat seseorang lebih rentan terhadap influenza.
Baca Juga
Dialami Jessica Iskandar, Begini Pengaruh Penyakit Graves pada Tubuh
Jessica Iskandar Idap Penyakit Graves, Ketahui Penyebab dan Gejalanya!
Demi Bukti Tidak Kekurangan Oksigen, Dokter Ini Berlari 35 Km Pakai Masker
Konsumsi Bayam dan Apel Rutin, Ini yang Terjadi pada Tekanan Darah!
Ibu Positif Covid-19 Tidak Menulari Bayinya Jika Melakukan Tindakan Ini
Punya Bintik Putih di Kuku? Ternyata Ini Penyebab Utamanya
Sayangnya, terinfeksi Covid-19 yang dikombinasikan dengan riwayat merokok juga meningkatkan protein pembekuan darah dan risiko stroke.
"Covid-19 tampaknya memiliki kemampuan meningkatkan risiko koagulasi darah (proses penggumpalan darah) yang juga terjadi pada orang perokok. Pada akhirnya, ini (riwayat merokok) dapat menyebabkan meningkatnya risiko stroke (pada pasien Covid-19)," kata Luca Cucullo, Ph.D. dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas Tech.
Tak berbeda dengan rokok, penggunaan vape juga sama-sama meningkatkan risiko stroke dengan cara yang berbeda.
Menurut para peneliti dari Universitas Texas Tech, komponen aerosol vape dapat merusak pembuluh darah di otak. Menggunakan vape juga berpengaruh pada sebuah struktur pertahanan yang melindungi otak dari racun atau patogen dalam darah. Hal ini yang menyebabkan komplikasi neurologis yang terkait dengan stroke.
Tak hanya itu, sama halnya dengan rokok, vape bisa meningkatkan jumlah reseptor ACE2, sebuah enzim dalam tubuh. Reseptor ACE2 inilah yang digunakan virus corona sebagai jalan untuk menginfeksi sel-sel dalam tubuh.
Peningkatan reseptor ACE2 juga membuat virus corona bisa menginfeksi lebih banyak sel, meningkatkan risiko komplikasi pada pasien.