Himedik.com - Bungkus makanan cepat saji yang biasa Anda konsumsi ternyata membahayakan lingkungan, kesehatan manusia, hingga hewan liar. Hal ini bisa berupa pembungkus burger, wadah kentang goreng, hingga gelas minuman di restoran cepat saji.
Melansir dari Medical Xpress, sebuah studi yang rilis pada awal Agustus ini menunjukkan hampir setengah dari sampel pembungkus makanan di restoran makanan cepat saji mengandung tingkat fluorin yang berbahaya.
Baca Juga
Ahli Menyarankan untuk Menghindari Masker dengan Ventilasi, Ini Alasannya
Mengapa Kita Kebal Terhadap Suatu Penyakit, tapi Tidak pada yang Lain?
Istri Ferry Irawan Terkena Stroke, Ketahui Hal yang Harus Dilakukan Segera!
Istri Ferry Irawan Terkena Stroke secara Tiba-Tiba, Ketahui Tandanya!
Perlu Tahu, Bahan Masker Ini Justru Dapat Menyebarkan Virus Corona Covid-19
Patah Tulang hingga Penis Patah, 5 Cedera Paling Umum saat Berhubungan Seks
Fluorin sendiri merupakan unsur kimia beracun yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Beberapa sampel bungkus makanan cepat saji yang disebut tidak sehat adalah Burger King, McDOnald, Wendy's, Cava, Freshii, hngga Sweetgreen. Beberapa produk di atas juga beredar luas di Indonesia.
Dalam hal ini, para peneliti menguji 38 sampel kemasan makanan yang dikumpulkan pada Januari di New York, Washington, hingga Seattle.
Mereka menemukan bahwa karton Burger King's Whopper, karton Big Mac, kantong nugget, kue, hingga bungkus kentang goreng mengandung bahan kimia berbahaya.
Wadah-wadah ini mengandung bahan kimia PFAS yang biasanya digunakan dalam pakaian jadi, karpet, furnitur, dan kemasan makanan yang dirancang untuk menjaga bahan tahan minyak dan air.
Sayangnya kandungan ini dikenal dengan bahan kimia abadi karena tidak dapat terurai di lingkungan.
Selain bisa mencemari air, PFAS juga bisa mengontaminasi debu hingga udara.
Sementara paparan PFAS terkait dengan penurunan respons antibodi terhadap vaksin, serta kondisi kronis lainnya yang memengaruhi sistem kekebalan.
"Baik menyajikan burger, kentang goreng, atau salad, produk-produk ini berhutang kepada pelanggan untuk menyajikan makanan dalam kemasan yang aman," kata rekan penulis studi Erika Schreder, direktur sains di Toxic-Free Future, dalam rilisnya.
"Kami menemukan banyak contoh kemasan yang bebas PFAS, seharusnya tidak ada lagi alasan bagi penyedia makanan untuk memilih kemasan makanan beracun ini," tambahnya.