Info

Ahli Sebut Banyak Kasus Asimptomatik Covid-19 Justru Bagus, Mengapa?

Menurut mereka hal ini dapat memicu herd immunity.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)

Himedik.com - Banyak orang yang terinfeksi virus corona tanpa gejala atau asimptomatik. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa orang tanpa gejala mungkin menjadi faktor dari penyebaran Covid-19.

Tetapi beberapa ahli mengatakan tingginya tingkat infeksi tanpa gejala adalah hal yang baik karena kemungkinan mereka memainkan peran kunci dalam mengakhiri pandemi.

Monica Gandhi, seorang spesialis penyakit menular di University of California di San Francisco, mengatakan lebih banyak infeksi tanpa gejala dapat memicu kekebalan kawanan atau herd immunity terhadap SARS-CoV-2.

Beberapa ahli mengatakan kekebalan kawanan sebagai senjata potensial untuk melawan pandemi virus corona. Tetapi strategi ini membutuhkan paparan virus terhadap sebagian populasi sehingga mereka mengembangkan kekebalan tubuh.

Hal ini, menurut para pendukung strategi herd immunity, akan memutus rantai penularan dan membantu mengurangi tingkat infeksi.

Ilustrasi herd immunity. (Shutterstock)
Ilustrasi herd immunity. (Shutterstock)

Ahli meyakini bahwa kekebalan kawanan dapat tercapai jika sekitar 60 persen populasi di suatu negara kebal terhadap virus corona jenis baru.

Sebaliknya, sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Science pada Juni 2020 menunjukkan herd immunity dapat dicapai dengan lebih sedikit orang, menunjukkan presentase ambang batas adalah 43 persen, bukan 60 persen lagi.

Tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa meski kekebalan kawanan tercapai, tidak ada jaminan tingkat antibodi pada setiap orang akan sama.

Sebab ada sebuah penelitian yang menemukan antibodi pada pasien Covid-19 yang sudah sembuh menurun tajam dalam dua hingga tiga bulan setelah terinfeksi.

Namun, penelitian terhadap antibodi tidak berfokus pada sel T, yang lebih diandalkan pasien Covid-19 untuk sembuh.

Sel-sel ini dapat bertahan selama bertahun-tahun dan beberapa ilmuwan percaya bahwa kekebalan ini lebih penting dalam melawan infeksi.

Sebuah studi tentang virus corona dan sel T yang terbit di jurnal Cell pada pertengahan Mei menemukan sel T yang ada di 40 hingga 60 persen sampel darah lama bereaksi terhadap SARS-CoV-2.

Menurut peneliti respons ini kemungkinan berasal dari paparan virus corona yang menyebar sebelumnya, seperti SARS, MERS, atau viris corona pada flu biasa, lapor The Health Site.

Berita Terkait

Berita Terkini