Info

Setelah Terinfeksi Flu Biasa, Benarkah Kita Jadi Kebal Covid-19?

Berikut penjelasan studi tentang manfaat sel T memori di dalam tubuh manusia.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)

Himedik.com - Baru-baru ini sebuah artikel yang terbit dalam Science menjelaskan mengapa beberapa orang berisiko meninggal setelah terkena Covid-19, sedangkan yang lain tidak.

Para ilmuwan dari La Jolla Institute for Immunology di California menunjukkan jenis virus corona yang menyebabkan flu biasa dapat menghasilkan respons kekebalan yang menyerupai bagian kunci dari respons kekebalan SARS-CoV-2.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa infeksi virus corona yang lebih ringan dapat membuat Covid-19 tidak terlalu parah.

"Ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa orang menunjukkan gejala yang lebih ringan dari virus corona sementara yang lain sakit parah," kata salah satu penulis studi Daniela Weiskopf, Ph.D.

Para peneliti menyelidiki 'sel T memori', yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel ini mengingat virus yang ditemui tubuh sepanjang hidup seseorang.

Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)
Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)

Ketika tubuh terkena virus itu lagi, sel T memori mampu mengidentifikasi penyerang tersebut dan mengaktifkan sistem kekebalan untuk melawannya.

"Memiliki respons sel T yang kuat, atau lebih baik dapat memberi tubuh kesempatan untuk meningkatkan respons yang lebih cepat dan lebih kuat," jelas Alessandro Sette, rekan penulis studi dan profesor di LJI, dilansir dari Fox News.

Hasil ini didapat dari sampel peserta yang tidak pernah terpapar SARS-CoV-2 untuk melihat apakah mereka memiliki reaksi kekebalan silang dari paparan virus corona flu biasa sebelumnya.

Peneliti menemukan para peserta dapat menghasilkan sel T memori yang sama reaktifnya terhadap SARS-CoV-2 dan empat virus corona flu biasa lainnya.

Studi baru ini memperluas laporan sebelumnya dari Profesor Shane Crotty, Ph.D., dari LJI, dan Sette Lab yang menemukan 40 persen hingga 60 persen orang yang tidak pernah terpapar Covid-19 memiliki sel T yang bereaksi terhadap SARS-CoV-2.

Sementara beberapa sel T reaktif silang menargetkan protein lonjakan SARS-CoV-2 ('alat' virus untuk mengikat sel manusia), sel T memori yang sudah ada juga menargetkan protein SARS-CoV-2 lainnya.

Penulis peneliti di Sette Lab mengatakan studi ini penting karena sebagian besar kandidat vaksin menargetkan protein lonjakan.

Reaktivitas silang ini terhadap protein lain juga berpotensi meningkatkan peluang kemanjuran vaksin Covid-19.

Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)
Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)

Meski begitu, Sette mengatakan temuan studi itu spekulatif dan dibutuhkan lebih banyak data, terlebih studi ini dinilai terlalu awal dilakukan.

Bahkan, Dr. Aaron E. Glatt, ahli epidemiologi, dan rekan dari Infectious Diseases Society of America, mengatakan dirinya tidak akan bergantung pada infeksi sebelumnya.

"Beberapa makalah bahkan mengatakan bahwa vaksinasi influenza sebelumnya mungkin memberikan perlindungan, tetapi saya pasti tidak akan bergantung pada infeksi sebelumnya untuk mengasumsikan kekebalan terhadap Covid-19 saat ini," kata Glatt.

Ia menekankan bahwa setiap orang masih harus memakai masker dan menjaga jarak sosial dengan benar.

Berita Terkait

Berita Terkini