Info

Bukan Kesulitan Napas, Efek Samping Virus Corona Ini Jauh Lebih Mematikan!

Virus corona Covid-19 bisa menimbulkan efek samping yang lebih mematikan daripada sekadar kesulitan bernapas.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Banyak pasien Covid-19 yang masih mengalami gejala-gejala ringan setelah masa pemulihan. Tapi, efek samping setelah terinfeksi virus corona Covid-19 ini bisa berbeda-beda setiap pasien.

Para ahli mengatakan bahwa pasien virus corona Covid-19 yang mengalami peradangan lebih berisiko tinggi meninggal dunia daripada lainnya.

Sebelumnya telah muncul anggapan bahwa pria yang mengalami obesitas dan berasal dari kelompok kulit hitam lebih berisiko mengalami kondisi kritis akibat virus corona Covid-19.

Sheena Cruickshank, Profesor Ilmu Biomedis di Universitas Manchester mengatakan bahwa peradangan merupakan salah satu efek samping virus corona Covid-19 yang sangat umum pada kelompok tersebut.

Sheena Cruickshank mengatakan risiko yang terkait dengan diabetes, obesitas, usia dan jenis kelamin berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi baik ketika terserang virus.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

Sheena Cruickshank mengatakan beberapa pasien akan mengalami kerusakan paru-paru parah akibat sistem kekebalan yang terlalu kuat.

"Kondisi ini ditandai dengan banyaknya inflamasi yang disebut sitokin atau badai sitokin," jelas Sheena Cruickshank dikutip dari The Sun.

Karena, sitokin bisa menjadi alat yang sangat kuat dalam merespons kekebalan tubuh dan bisa menghentikan reproduksi virus.

Tapi, beberapa tindakan sitokin, seperti membantu membawa sel kekebalan lain untuk melawan infeksi atau meningkatkan kemampuan sel untuk melintasi pembuluh darah bisa menyebabkan kerusakan nyata.

Sheena Cruickshank menjelaskan bahwa sel darah putih berfungsi membuat sitokin. Tetapi, sel khusus yang disebut monosit dan makrofag adalah penyebab terbesar badai sitokin.

"Saat dikontrol dengan benar, sel-sel ini bisa menjadi kekuatan yang mendeteksi, menghancurkan ancaman, memperbaiki jaringan yang rusak dan membawa sel-sel kekebalan tubuh lainnya," jelasnya.

Diabetes

Orang yang menderita diabetes lebih berisiko mengalami kematian akibat virus corona Covid-19 karena tingginya kadar glukosa dalam sistem kekebalan tubuh. Sedangkan, glukosa meningkatkan kadar ACE2 yang ada di makrofag dan monosit untuk membantu virus menginfeksi sel.

Pada intinya, glukosa bisa menjadi bahan bakar virus berkembang dan obesitas juga bisa menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam tubuh.

Usia tua

Ilustrasi Lansia (Shutterstock)
Ilustrasi Lansia (Shutterstock)

Mayoritas, orang yang meninggal dunia akibat virus corona Covid-19 adalah usia di atas 60 tahun. Karena, orang tua cenderung mengalami peradangan ketika memiliki tingkat sitokin-pro-inflamasi yang lebih tinggi.

"Kondisi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk genetika, mikrobioma dan obesitas. Banyak orang tua juga memiliki lebih sedikit limfosit yang bisa menghancurkan virus," jelas Prof Cruickshank.

Ketidakseimbangan gender

Sejumlah penelitian telah mengatakan bahwa pria lebih berisiko meninggal dunia akibat virus corona daripada wanita. Prof Cruickshank mengatakan risiko ini dipengaruhi oleh reseptor ACE2 yang dilekatkan virus lebih menonjol pada pria. Pria lebih mungkin mengembangkan monosit atipikal, yang menyebabkan sitokin hingga bisa menyebabkan badai sitokin.

Berita Terkait

Berita Terkini