Info

Ilmuwan Semakin Yakin Virus Corona Berasal dari Kelelawar, Bukan Hewan Lain

Peneliti temukan garis keturunan yang menjadi faktor penghasil SARS-CoV-2 dengan virus lain.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Kelelawar - (Pixabay/jochemy)
Kelelawar - (Pixabay/jochemy)

Himedik.com - Hingga kini, peneliti masih menyelidiki informasi yang sebenarnya tentang di mana persilangan antara virus corona Covid-19 dari hewan ke manusia terjadi.

Sebuah penelitian yang terbit di Nature Microbiology mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut, kata peneliti studi.

Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat, China, dan Eropa membandingkan pola SARS-CoV-2 (virus corona penyebab Covid-19) dengan virus lain, dan membuat sejarah terkait evolusi virus.

Mereka menemukan garis keturunan yang menjadi faktor penghasil virus corona jenis baru telah ada pada kelelawar.

"Secara kolektif, analisis kami menunjukkan kelelawar menjadi reservoir utama untuk garis keturunan SARS-CoV-2. Meskipun trenggiling, atau spesies lain yang sampai sekarang belum ditemukan, mungkin bertindak sebagai inang perantara yang memfasilitasi penularan ke manusia," kata tim peneliti, dilansir dari Fox News.

Ilustrasi kelelawar (Shutterstock)
Ilustrasi kelelawar (Shutterstock)

Mereka mengatakan bahwa virus corona jenis baru berevolusi dari virus kelelawar lainnya dari 40 hingga 70 tahun yang lalu.

"Garis keturunan yang menimbulkan SARS-CoV-2 telah beredar tanpa disadari pada kelelawar selama beberapa dekade," tambah peneliti.

Dalam rilis berita mereka, peneliti mengatakan SARS-CoV-2 mirip secara genetik (sekitar 96%) dengan virus corona RaTG13 yang ditemukan dalam sampel kelelawar tapal kuda Rhinolophus affinis pada 2013 di provinsi Yunnan, China. Namun, virus kali ini berbeda dengan RaTG13 pada 1969 silam.

"Kemampuan untuk memperkirakan waktu divergensi setelah menguraikan sejarah rekombinasi, sesuatu yang kami kembangkan dalam kolaborasi ini, dapat memberi pengetahuan tentang asal-usul banyak virus patogen," ujar peneliti utama, Philippe Lemey, dari Department of Evolutionary and Computational Virology, KE Leuven.

Peneliti menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki sifat yang sama dengan 'kakek moyang' mereka mengenai domain pengikat reseptor (RBD) pada protein lonjakan yang memungkinkan virus mengikat sel reseptor pada manusia.

Para penulis studi mengatakan penelitian lain yang menunjukkan perubahan evolusioner pada trenggiling memungkinkan virus corona jenis baru ditularkan ke manusia adalah hal tidak benar.

"Sebaliknya, penelitian kami menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 kemungkinan memiliki kemampuan untuk bereplikasi di saluran pernapasan bagian atas, baik pada manusia maupun trenggiling," kata tim peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini