Pria

Wajahnya Hancur, Lihat Apa yang Terjadi pada Pria Ini

Ia menderita luka parah akibat tembakan di bagian wajahnya.

Rauhanda Riyantama

Wajah Cameron Underwood setelah dioperasi. (Youtube/NYU Langone Health)
Wajah Cameron Underwood setelah dioperasi. (Youtube/NYU Langone Health)

Himedik.com - Insiden mengerikan terjadi pada Juni 2016, saat seorang pria asal Yuba, California, AS menderita luka parah akibat tembakan di bagian wajahnya. Bahkan, wajah pria itu rusak dan nyaris kehilangan bentuk.

Upaya rekonstruksi pun sebenarnya sudah pernah dilakukan. Namun sayang, wajah pria bernama Cameron Underwood itu tidak memiliki hidung, rahang bawah, dan hanya memiliki satu gigi. 

Beruntung, harapan akan masa depannya kembali datang. Sebuah organisasi kesehatan bernama NYU Langone Health melakukan transplantasi wajah pada Cameron. 

Tim dokter yang dipimpin oleh Dr. Eduardo Rodriguez membutuhkan waktu enam bulan untuk menemukan pendonor wajah yang cocok dengan Cameron. Wajah tersebut adalah milik William Fisher, pria asal Manhattan berusia 23 tahun.

Fisher diketahui merupakan mahasiswa di John Hopkins University. Sebelum kematiannya, ia telah mendaftarkan diri sebagai pendonor wajah. Atas seizin sang ibu, wajah Fisher pun dibawa ke Langone dan dilakukan operasi pada 5 Januari 2018.

Dr. Eduardo dan rekan-rekannya melakukan operasi pada muka Cameron dengan dibantu teknologi canggih. Mesin pemindai intraoperatif CAT dan sistem peralatan navigasi digunakan untuk memastikan kecocokan antara wajah pendonor dan pasien, serta untuk menanam pelat dan sekrup penahan.

 

Jika dijumlah, Cameron menerima donor berupa tulang rahang atas dan bawah, 32 gigi, palatum (atap mulut), dasar mulut, kelopak mata bagian bawah, pipi, hidung, dan bagian saluran hidung.   

Hingga akhirnya Cameron keluar dari rumah sakit pada 16 Februari 2018. Tapi ia tetap menjalani terapi fisik, rehabilitasi, dan terapi bicara. Kemudian ia dan keluarganya dapat kembali ke Yuba pada 29 Maret 2018.

Tim dokter yang menangani kasus ini pun angkat bicara. Menurut Dr. Eduardo, timnya telah membuat protokol baru yang mencari donor yang cocok untuk pasien dan prosedur yang tepat.

''Dengan prosedur seperti itu, kami yakini akan memberikan hasil terbaik untuk pasien kami. Karena risiko penolakan terhadap organ yang didonorkan dam keracunan dapat berkurang,'' ungkapnya, seperti dikutip dari IFL Science.

Kini setelah hampir setahun, kondisi Cameron dilaporkan makin membaik. Bahkan ia sempat mengunjungi Sally, ibu dari Fisher, untuk pertama kalinya pada 17 Oktober.

Berita Terkait

Berita Terkini