Pria

Hemofilia Lebih Banyak Menyerang Anak Lelaki, Kenapa Ya?

Kromosom manusia terdiri dari dua macam. Laki-laki kombinasi X dan Y, sedangkan perempuan X dan X.

Vika Widiastuti

Ilustrasi anak laki-laki luka (Pixabay/saulhm)
Ilustrasi anak laki-laki luka (Pixabay/saulhm)

Himedik.com - Penyakit hemofilia atau gangguan pendarahan yang berupa darah sulit membeku, ternyata lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan.

Prof. dr. Djajadiman Gatot, SpA selaku Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia mengatakan, penyakit ini diturunkan secara genetik lewat perempuan yang hanya berperan sebagai pembawa sifat atau carrier.

Ia menjelaskan, secara genetika, kromosom manusia terdiri dari dua macam. Laki-laki kombinasi X dan Y, sedangkan perempuan X dan X. Di dalam kromosom X, terdapat instruksi atau kode untuk membuat faktor pembekuan. Namun pada penderita hemofilia, kromosom X menderita kerusakan sehingga tidak memiliki faktor pembekuan darah.

"Kalau laki-laki kromosom X terjadi kerusakan, maka dia langsung terkena hemofilia, karena di kromosom Y tidak ada kode pembuat faktor pembekuan darah. Kalau perempuan X-nya rusak, masih punya kromosom X satu lagi yang sehat sehingga hanya bersifat sebagai pembawa sifat," ujar dr. Djajadiman dalam temu media di Jakarta, Kamis (4/4/2019) diberitakan Suara.com.

HMHI rilis Aplikasi Hemofilia Indonesia (Suara.com/Firsta)
HMHI rilis Aplikasi Hemofilia Indonesia (Suara.com/Firsta)

Prof. Djajadiman menambahkan, pada perempuan pembawa sifat, biasanya tidak mengidap gejala seperti yang dialami penderita hemofilia di mana darah sulit membeku. Namun, ia berpeluang menurunkannya pada buah hatinya.

Penanganan gangguan hemofilia ini dulu dilakukan lewat transfusi darah dari pendonor. Tujuannya untuk menambah protein yang bersifat untuk membekukan darah. Tranfusi darah ini memakan waktu lama dan kerap mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Bahkan, kualitas hidupnya pun menurun karena reaksi alergi yang bisa didapat lewat darah pendonor.

Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi kedokteran, pasien hemofilia kini mendapat pengobatan konsentrat faktor pembekuan darah yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan cara disuntik.

"Pengobatan hemofilia dari dulu sampai sekarang sudah banyak kemajuan. Pengobatan dulu dibiayai faskes, sekarang pemerintah lewat BPJS, sehingga penyandang hemofilia bisa diobati karena harga obat sangat mahal. Kalau tidak diobati sebaik-baiknya bisa terjadi kerusakan yang tidak bisa kita kembalikan, terutama masalah sendi yang menurunkan kualitas hidup pasien," tandasnya. (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini