Pria

Menderita Setelah Sunat, Pemuda 23 Tahun Nekat Bunuh Diri

Dari review pasien, ahli urologi itu ternyata sering gagal saat melakukan operasi.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi sunat - (Shutterstock)
Ilustrasi sunat - (Shutterstock)

Himedik.com - Seorang pemuda berusia 23 tahun nekat mengakhiri hidupnya setelah menjalani sunat. Ia dikabarkan mengalami penderitaan setelahnya.

Sebelumnya, Alex Hardy, nama pemuda asal Cheshire, Inggris itu, telah menulis email untuk Lesley Roberts, sang ibu. Surel tersebut sudah diatur jadwalnya untuk terkirim secara otomatis 12 jam setelah Alex bunuh diri.

Dalam catatan yang memilukan itu, dilaporkan BBC, Rabu (17/4/2019), Alex menjelaskan bahwa operasi pada kulit khitan dua tahun sebelumnya itu telah menghancurkan hidupnya. Ia menyebut sunat sebagai 'mutilasi alat kelamin pria' dan mengaku mati rasa setelah menjalaninya. Menurut Alex, sunat juga telah mejghancurkan kehidupan seksualitasnya.

Jauh sebelumnya, Alex menderita phimosis, di mana kulit di sekitar Mr P terlalu ketat untuk ditarik, sehingga menyebabkan masalah bagi pria ketika berhubungan seks atau buang air kecil. Lalu pada 2015 ia periksa ke ahli urologi, yang, berdasarkan email Alex, langsung menyarankan sunat, prosedur yang disarankan NHS sebagai solusi terakhir.

Ilustrasi ingin bunuh diri. (pixabay/johnhain)
Ilustrasi ingin bunuh diri. (pixabay/johnhain)

Saat berusia 21 tahun, Alex mendaftarkan diri untuk menjalani prosedur tersebut. Namun, setelahnya ia mengalami masalah fisik yang terus-menerus menyakitkan, dengan kepala Mr P yang tak henti-hentinya mengalami stimulasi. Alex juga merasakan sakit serta sensasi terbakar dan gatal.

Dirinya pun mencari bantuan medis dan psikologis setelah operasi, tetapi sayangnya itu tidak mengurangi rasa sakit Alex secara fisik dan mental.  Ia kemudian mengambil nyawanya sendiri pada 25 November 2017.

Setelah insiden itu, keluarga Alex mengajukan komplain pada ahli urologi yang menyarankan putranya untuk sunat. Apalagi, Lesley mengatakan, berdasarkan review dari beberapa pasien, ahli urologi itu tidak berkompeten dan sering gagal dalam melakukan operasi serta diagnosis.

Penyelidikan telah dilakukan, tetapi sayangnya, College of Physicians and Surgeons of British Columbia menolak untuk mengungkapkan keluhan yang ditujukan pada dokter.

Berita Terkait

Berita Terkini