Pria

Benarkah Minuman Berenergi Picu Serangan Jantung? Ini Kata Ahli

Konsumsi minuman berenergi dapat membahayakan kesehatan?

Vika Widiastuti

Ilustrasi sakit jantung. (shutterstock)
Ilustrasi sakit jantung. (shutterstock)

Himedik.com - Selama ini konsumsi minuman berenergi dianggap meningkatkan kewaspadaan. Namun, benarkah konsumsi minuman berenergi bisa menimbulkan masalah kesehatan, terutama jantung?

Ya temuan ini didapat peneliti dari University of Texas di Houston. Mereka menemukan bahwa konsumsi minuman berenergi seperti Red Bull dan Monster secara otomatis menyebabkan pembuluh darah menyempit. Hal ini pada gilirannya menempatkan seseorang pada risiko mengidap serangan jantung dan stroke.

Efek ini bahkan akan terjadi sangat cepat yakni 90 menit setelah seseorang mengonsumsi minuman berenergi. Temuan ini tentu saja memperkuat bukti sebelumnya yang menyatakan bahwa konsumsi minuman berenergi dapat membahayakan kesehatan.

"Karena minuman berenergi semakin populer, penting bagi kami untuk mempelajari efek dari minuman ini terutama pada mereka yang sering meminumnya," ujar peneliti utama Dr. John Higgins.

Dr. Higgins meyakini bahwa efek negatif yang dibawa minuman berenergi ini berasal dari kandungan di dalamnya. Biasanya, sebotol minuman berenergi terdiri dari kafein, taurin, gula, dan bahan herbal lainnya, yang jika dikombinasikan dapat merusak lapisan pembuluh arteri dan vena.

ilustrasi minuman berenergi - (Pixabay/Gadini)
ilustrasi minuman berenergi - (Pixabay/Gadini)

"Minuman berenergi biasanya mengandung 80mg kafein per 100ml atau kira-kira sama dengan tiga kaleng Coke atau secangkir kopi instan. Tetapi kebanyakan juga mengandung kadar gula yang tinggi dan sering dijual dalam kaleng 500ml," ujar Dr Higgins dilansir Suara.com dari Nypost.

Untuk mengarah pada temuan ini, peneliti mengukur pembuluh darah responden sebelum dan sesudah mengonsumsi minuman berenergi. Ia menemukan bahwa sebelum mengonsunsi minuman tersebut, pelebaran pembuluh darah seseorang berdiameter 5,1 persen.

Namun setelah mengonsumsi minuman berenergi pembuluh darahnya pun menyusut menjadi 2,8 persen. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi mereka yang sudah memiliki faktor risiko lainnya seperti obesitas dan merokok.

Di Amerika Serikat, konsumsi minuman energi telah meningkat selama beberapa dekade terakhir di kalangan remaja, dewasa muda, dan dewasa paruh baya.

Sementara di Inggris, para aktivis telah menyerukan kepada pemerintah untuk melarang penjualan minuman berenergi kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun. Karena dalam banyak penelitian minuman tersebut dapat menyebabkan masalah jantung seperti picu serangan jantung.  (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini