Pria

Suka Marah-Marah Tanda Hipertensi, Mitos Atau Fakta?

Benarkah ada hubungannya antara marah-marah dengan penyakit hipertensi?

Vika Widiastuti

Ilustrasi wajah kesal. (Pixabay/Olichel)
Ilustrasi wajah kesal. (Pixabay/Olichel)

Himedik.com - Apakah Anda kerap mendengar anggapan orang yang suka marah-marah merupakan tanda hipertensi atau tekanan darah tinggi?

Disampaikan Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Tunggul D. Situmorang SpPD-KGH, marah-marah tanda penyakit hipertensi hanyalah mitos. Menurut dia, tidak ada hubungan antara emosi berlebihan dengan kenaikan tekanan darah.

"Marah-marah itu lebih pada genetik atau kebiasaan. Kalau dia lagi sakit kepala karena hipertensi terus marah, itu mungkin-mungkin saja. Sebenarnya enggak (berhubungan)," ujar dr. Tunggul dalam temu media peringatan Hari Hipertensi di Kementerian Kesehatan, Jumat (17/5/2019) diberitakan Suara.com.

Ilustrasi marah. (pixabay/Goumbik)
Ilustrasi marah. (pixabay/Goumbik)

Ia menambahkan, banyak penderita hipertensi yang bangga jika dirinya tidak mengalami gejala seperti kepala pusing atau leher kaku meski tekanan darahnya melebihi batas normal seperti 180 mmHg. Padahal, kata dr. Tunggul, hal ini seharusnya menjadi perhatian karena hipertensi merupakan pembunuh diam-diam serta tak selalu menunjukkan gejala.

"Ini silent killer, jadi tidak ada keluhan. Ada orang bangga tekanan darah 180 mmHg tidak merasa apa-apa, padahal itu paling bernasib sial. Sudah mengamcam nyawa dia tidak tahu," imbuhnya.

Dr. Tunggul pun mengimbau agar masyarakat rutin melakukan pemeriksaan darah untuk mencegah perburukan jika memang sudah mengidap hipertensi. (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini