Pria

Pria ini Tidak Berbicara dengan Keluarganya Selama 4 Tahun karena Misofonia

Misofonia, kondisi saat seseorang terganggu dengan suara yang terjadi secara berulang

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

Ilustrasi lelaki terganggu dengan suara (Shutterstock)
Ilustrasi lelaki terganggu dengan suara (Shutterstock)

Himedik.com - Seorang pria bernama Derrol Murphy asal California  mengaku tidak berbicara kepada keluarganya selama empat tahun. Alasannya hanya karena mereka selalu mengunyah atau membersihkan tenggorokan dengan suara keras.

Pria 41 tahun ini akan langsung marah saat ia mendengar suara-suara tersebut, bahkan dari keluarganya sekalipun.

Setelah didiagnosis, ternyata ia mengidap misofonia. Ini adalah kelainan yang tidak biasa yang dapat menyebabkan orang merasa marah, takut, atau panik dalam menanggapi suara sehari-hari. Seperti bernapas, mengunyah, bahkan mengetuk.

Meski belum begitu dipahami, penelitian menunjukkan gangguan tersebut disebabkan oleh respons neurologis yang meningkat terhadap suara-suara.

"Ini otak Anda yang salah mengartikan (suara) sebagai sesuatu yang berbahaya, yang menempatkan Anda ke dalam respons 'melawan atau lari'," Dr. Jennifer Brout, seorang psikolog klinis dan pendiri Program Pengaturan Sensor dan Emosi Regulasi di Duke University Medical Center.

Melansir INSIDER, misofonia belum diakui dalam Manual Diagnostik dan Statistik American Psychiatric Association, tetapi pengidapnya berkumpul dalam sebuah organisasi seperti Misophonia International.

Telinga berdenging karena tinnitus. (Shutterstock)
Ilustrasi terganggu dengan suara (Shutterstock)

Kondisi ini cenderung dialami oleh perempuan dan meski dapat terjadi pada semua umur, kata Brout, umumnya dialami oleh anak muda yang tidak mampu mengartikulasi mereka terganggu oleh suara tertentu.

Sebaik yang dipahami oleh para peneliti, misofonia terjadi ketika ada campuran di anterior insula, bagian otak yang memberi makna pada suara, tetapi juga mengatur emosi.

Menurut peneliti, area otak orang dengan misofonia memiliki lebih banyak mielin, lapisan protein pada saraf yang mempercepat impuls listrik.

Hal ini menunjukkan mereka mempunyai koneksi yang lebih kuat dalam respons neurologis tersebut, memicu respons 'lawan atau lari' tersebut, kata Brout.

Amygdala, yang juga terlibat dalam pemrosesan emosional juga diyakini berperan dalam kondisi ini.

"Mengunyah adalah suara pemicu No. 1, dan yang paling sulit untuk dilewati," kata Brout. Mengetuk, bernapas, batuk, atau mengklik juga dapat menyebabkan kesulitan.

Faktor utama mengapa suara-suara ini memicu adalah bahwa mereka cenderung berulang. Bagi seseorang dengan misofonia, itu seperti ancaman.

Tingkat keparahan, dan frekuensi, ledakan emosi akibatnya dapat bervariasi dari orang ke orang. Tetapi reaksi, apakah itu ketakutan, jijik, atau marah, langsung terjadi.

Berita Terkait

Berita Terkini