Pria

Joker Berhenti Minum Obat meski Alami Gangguan Mental, Apa Dampaknya?

Joker mendapatkan tujuh macam obat untuk meredakan kondisi mentalnya.

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

Joaquin Phoenix dalam film Joker (Instagram/@jokermovie)
Joaquin Phoenix dalam film Joker (Instagram/@jokermovie)

Himedik.com - Film Joker masih menjadi topik pembicaraan di media sosial. Hal tersebut karena banyak warganet yang tertarik dengan kondisi kesehatan mental yang dialami tokoh utamanya, Arthur Fleck. 

Dalam film ini diceritakan bahwa Arthur Fleck, yang kemudian memilih 'nama panggung' sebagai Joker, mendapatkan tujuh macam obat untuk meredakan kondisi mentalnya.

Tapi karena subsidi dari pemerintah dihentikan, Arthur mau tak mau harus menghentikan pengobatannya.

Padahal, mengonsumsi obat untuk orang-orang dengan gangguan mental seperti Arthur sangat penting. Terlebih karena dua gangguan mental yang dideritanya adalah PBA dan Skizofrenia.

"Sebagian besar orang dengan penyakit mental parah minum obat sampai mereka mulai merasa lebih baik," Ashley Hampton, PhD , seorang psikolog dan penulis berlisensi di Alabama, mengungkapkan alasan orang-orang berhenti mengonsumsi obat, melansir Healthline.

Petikan trailer film Joker [Youtuber/Warner Bros Pictures]
Petikan trailer film Joker [Youtuber/Warner Bros Pictures]

Ia menambahkan, sangat umum bagi penderita skizofrenia dan gangguan bipolar untuk tidak patuh pada pengobatan.

Perawatan untuk kondisi kesehatan mental dapat membantu mengakhiri gejala, memulihkan kualitas hidup, dan memungkinkan mereka untuk merasa sehat kembali.

Namun ini memang membutuhkan konsistensi terhadap pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh dokter.

Berdasarkan Sane.org, jika seorang pengidap gangguan mental berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba, dapat mengalami efek berikut:

- Kembalinya penyakit dengan cepat
- pikiran mental yang menganggu
- kejang yang berpotensi mengancam jiwa
- gejala penghentian antidepresan seperti gejala flu, masalah tidur, pusing, sakit kepala, kecemasan, dan lekas marah
- peningkatan risiko bunuh diri

Lebih sering daripada tidak, gejala-gejala biasanya terjadi dalam beberapa hari setelah menghentikan pengobatan.

Sedangkan penyakit dapat kambuh lagi dalam beberapa minggu setelah sang pengidap menganggap dirinya merasa sehat.

Berita Terkait

Berita Terkini