Pria

Merasa Alami Mati Otak, Pria Ini Rupanya Derita Sindrom Langka

Sindrom langka tersebut masuk masalah kejiwaan langka.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi masalah otak - (Pixabay/VSRao)
Ilustrasi masalah otak - (Pixabay/VSRao)

Himedik.com - Graham, pria usia 48 tahun ini menderita sindrom langka yang membuatnya merasa seperti mati otak. Ketika Graham mengeluh otaknya seperti mati, dokter langsung menduga ada sesuatu yang tak beres.

Kasus yang tertulis dalam jurnal CORTEX ini mengungkapkan bahwa Graham mulai datang menemui dokter umum ketika merasa otaknya sudah mati.

Menurut studi kasus yang dilansir dari Fox News, Graham menyadari bahwa ia memiliki kemampuan berpikir, mengingat dan berinteraksi dengan orang sekitarnya. Suatu ketika, Graham merasa bahwa otaknya sudah tidak berfungsi lagi.

Kondisi itu membuat Graham mengalami depresi berat sampai berniat bunuh diri dengan sengatan listrik.

Saat itulah, Graham didiagnosis mengalami masalah kejiwaan langka yang disebut Sindrom Cotard. Penyakit jiwa ini membuatnya merasa ada yang bermasalah dengan kondisi kesehatan tubuhnya.

Mana yang lebih sering Anda pikirkan, makan atau bercinta?
Ilustrasi kondisi otak manusia (shutterstock)

Sebenarnya, kasus Sindrom Cotard ini jarang terjadi. Tetapi, orang yang menderita sindrom langka ini biasanya mengalami malnutrisi parah dan kelaparan.

Efek samping ini dapat terjadi karena pasien tidak nafsu makan, kesulitan tidur dan tidak bersemangat melakukan kegiatan sehari-hari. Apalagi Graham harus tinggal di pemakaman terdekat yang sepi.

Kondisi itulah yang membuat Graham semakin tertekan dan merasa dekat dengan kematiannya. Graham berpikir akan tinggal lebih lama di dalam pemakaman itu.

Setelah Graham mendaoat bantuan medis, akhirnya dokter mengetahui permasalahan dalam otak pasien Sindrom Cotard. Pemindaian PET menunjukkan aktivitas metabolisme rendah yang abnormal dibandingkan dengan otak orang normal.

Ilustrasi cedera otak akibat properti toko di pusat perbelanjaan. (Shutterstock)
Ilustrasi cedera otak akibat properti toko di pusat perbelanjaan. (Shutterstock)

Salah satu dokter Graham mengaku belum pernah melihat seseorang berjalan, berbicara dan beraktivitas dengan otak yang rendah. Dokter mengatakan kondisi ini seperti orang yang tidur karena pengaruh anestesi.

Penulis studi CORTEX ini pun menyimpulkan bahwa gangguan jiwa Cotard berasal dari gangguan besar di dalam otaknya. Gangguan inilah yang memengaruhi kesadaran inti seseorang terhadap dirinya sendiri dan berbagai peristiwa di sekitarnya.

Beruntungnya, Graham bisa melalui kehidupannya secara normal setelah melakukan banyak perawatan dan pengobatan kejiwaan.

Berita Terkait

Berita Terkini