Pria

Alergi Ejakulasi, Pria Ini Selalu Alami Kabut Otak Setiap Klimaks

Seorang pria takut ejakulasi saat berhubungan seks karena selalu mengalami kecemasan hingga kabut otak.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

ilustrasi pria kesulitan ejakulasi - (Pixabay/derneuemann)
ilustrasi pria kesulitan ejakulasi - (Pixabay/derneuemann)

Himedik.com - Seorang pria asal Amerika Serikat menderita penyakit langka yang membuatnya takut ejakulasi. Karena, pria 25 tahun ini selalu mengalami kecemasan, letih, lemah otot dan kabut otak setiap kali ejakulasi.

Sehingga ia tidak pernah melakukan masturbasi dan menghindari ejakulasi selama berhubungan seks. Kondisi ini disebabkan kelainan langka, yakni sindrom penyakit pasca-orgasme (POIS).

Biasanya, gejala penyakit ini berlangsung selama 2 minggu dan bisa langsung menyerang atau ditunda dua hingga tiga hari.

Tetapi, pria itu telah sembuh dari kelainan langkanya setelah mendapat suntikan hormon yang meningkatkan kadar testosteronnya.

Sebelum itu dilansir oleh Daily Mail, dokter mengatakan bahwa pria itu orgasme hanya sekali setiap 8 hingga 12 minggu selama menderita kelainan langka.

Pria itu pun mengaku telah menderita penyakit POIS sejak melewati masa pubertas pada usia 16 tahun. POIS disebabkan oleh pria yang alergi terhadap air mani sendiri, baik melakukan kontak atau aliran hormon yang dilepaskan saat klimaks.

Ilustrasi orgasme. [Shutterstock]
Ilustrasi orgasme. [Shutterstock]

Meskipun penyebab pastinya belum jelas, para peneliti berspekulasi kondisi ini mungkin memengaruhi lebih banyak pria, tapi mereka tidak melaporkan gejalanya.

Kondisi ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2002 silam. Rata-rata mereka mengalami gejala seperti pilek dan mata terbakar setelah ejakulasi.

Berdasarkan Laporan Kasus Urologi dari Men's Health Boston di Massachusetts, mengatakan bahwa pria itu telah menemukan beberapa dokter yang memberinya obat antidepresan dan anti-kecemasan.

Ia juga melakukan penelitian online sendiri, lalu mencoba berbagai pola diet, konsumsi suplemen dan antihistamin tetapi tidak ada yang berhasil.

Setelah dirujuk ke Men's Health, ahli urrologi menemukan bahwa kadar testosteron pria itu rendah. Ternyata resposn tubuhnya lamban dalam mengisi hormon sks setiap kali ejakulasi.

Akhirnya, petugas medis meresepkan terapi penggantian human chorionic gonadotropin (hCG), yang disuntikkan tiga kali seminggu. HCG kadang-kadang disebut 'hormon kehamilan' karena perannya yang penting dalam menjaga kehamilan.

Tetapi pada pria, suntikan hormon dapat merangsang testis untuk menghasilkan lebih banyak testosteron. Kini setelah sembuh, pria itu lebih sering ejakulasi tanpa mengalami kelemahan, kecemasan, kabut otak dan malaise.

Pria itu mengaku ini adalah pertama kali dalam hidupnya mengalami orgasme tanpa konsekuensi fisik dan emosional sejak usia 16 tahun. Bahkan ia juga mengalami peningkatan suasana hati, energi keseluruhan dan libido.

Berita Terkait

Berita Terkini