Pria

Millen Cyrus Ditanya Soal Tanam Rahim, InI Risikonya pada Pria

Tanam rahim disebut juga sebagai transplantasi rahim.

Yasinta Rahmawati

Penampilan Millendaru ketika payudaranya sudah mulai tumbuh (Instagram/@millencyrus)
Penampilan Millendaru ketika payudaranya sudah mulai tumbuh (Instagram/@millencyrus)

Himedik.com - Beredar kabar Millen Cyrus diduga tengah mempersiapkan diri untuk operasi ganti kelamin. Hal itu jadi perbincangan netizen usai videonya sedang berbaring di ranjang rumah sakit heboh.

Dalam video tersebut, keponakan Ashanty ini juga sempat menjawab pertanyaan temannya mengenai keberadaannya di sana.

"Saya mau seperti cinderella. Aku mau dibuat insang," jawab Millen Cyrus sebagaimana diunggah oleh akun Instagram @lambeturah_official.

Selanjutnya saat ditanya kemungkinan untuk tanam rahim, Millen Cyrus menjawab bahwa kata dokter itu bisa dilakukan. "Sekalian tanam rahim, kata dokternya bisa dari samping. Cuma prosesnya tiga tahun, semuanya," tuturnya.

Seperti dilansir dari Live Science, tanam rahim disebut juga sebagai transplantasi rahim.

Dr. Richard Paulson, presiden dari American Society for Reproductive Medicine (ASRM), tidak melihat alasan biologis mengapa prosedur ini tidak akan berhasil di tubuh pria. "Akan ada tantangan tambahan, tetapi saya tidak melihat masalah yang jelas yang akan menghalanginya," ujarnya.

Gaya Liburan Seksi Millendaru (instagram.com/millencyrus)
Gaya Liburan Seksi Millendaru (instagram.com/millencyrus)

Meski demikian, ada sejumlah risiko yang terlibat dengan transplantasi rahim. Saima Aftab, direktur medis Pusat Perawatan Janin di Rumah Sakit Anak Nicklaus menyebut operasi itu sendiri adalah prosedur yang rumit.

Dibutuhkan organ untuk terhubung dengan benar ke pembuluh darah dan arteri tubuh sehingga memiliki pasokan darah yang memadai. Jika ada masalah dengan suplai darah, organ akan mulai mati.

Selain itu, orang yang menjalani transplantasi organ apa pun perlu minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh mereka sehingga tubuh tidak menolak organ tersebut. Tetapi obat-obatan ini juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi.

Pada pria, bisa ada beberapa risiko tambahan. "Pembedahan akan menjadi lebih rumit karena anatomi tubuh tidak dirancang secara alami agar ada ruang dan pasokan darah untuk rahim," kata Aftab.

Selain itu, pria tidak menghasilkan hormon yang diperlukan untuk mendukung kehamilan , sehingga mereka akan membutuhkan banyak terapi hormon untuk memungkinkan kehamilan terjadi, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan lagi.

Akhirnya, jika transplantasi rahim dilakukan pada orang dengan anatomi pria, orang itu harus melahirkan melalui operasi caesar karena panggul pria terlalu sempit untuk dilewati bayi, kata Aftab. C-section juga merupakan operasi besar yang disertai risiko.

Berita Terkait

Berita Terkini