Pria

Lucinta Luna Idap Dysphoria Gender, Gejalanya Bisa Diamati Minimal 6 Bulan

Lucinta Luna mengidap dysphoria gender atau gangguan identitas gender yang membuatnya mengoperasi kelamin dari laki-laki ke perempuan.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Lucinta Luna terjerat kasus narkoba (Suara.com)
Lucinta Luna terjerat kasus narkoba (Suara.com)

Himedik.com - Setelah terseret kasus narkoba, fakta tentang Lucinta Luna pun terkuak. Lucinta Luna ternyata memiliki gangguan dysphoria gender dan sudah mengganti kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan di Thailand.

Lucinta Luna pun telah mengajukan surat permohonan ganti kelamin ke Pengadila Negeri Jakarta Selatan dengan alasan tersebut pada 26 November 2019 lalu.

Menurut mantan kuasa hukumnya yang tidak ingin disebutkan namanya, membenarkan Lucinta Luna mengalami dysphoria gender dengan bukti Surat Keterangan Dokter atau Certificated by Attending Doctor dari Rumah Sakit Rajyindee Thailand.

"Buktinya surat-surat operasi (ganti kelamin) dari RS di Thailand. Kan logikanya kalau orang udah operasi kelamin mau ngomong apalagi. Dia kan ada penyakit dysphoria itu," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (13/2/2020).

Seperti yang diketahui, dysphoria gender merupakan gangguan identitas gender yang biasa dialami transgender. Gangguan ini membuat seseorang tidak nyaman, tertekan hingga depresi karena merasa identitas gendernya tidak sesuai jenis kelaminnya sejak lahir.

Ilustrasi transgender. (Shutterstock)
Ilustrasi transgender. (Shutterstock)

Menurut panduan psikiatri Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dilansir dari Web MD, seseorang bisa didiagnosis mengalami dysphoria gender jika mengalami gejala tertentu selama minimal 6 bulan. Pada anak-anak, gejala dysphoria gender, antara lain:

1. Secara konsisten, mereka mengatakan dirinya seorang gadis walaupun memiliki sifat fisik anak laki-laki atau sebaliknya.

2. Mereka memiliki perasaan suka dengan teman yang jenis kelaminnya sama.

3. Menolak memakai pakaian, mainan dan melakukan permainan khas untuk anak laki-laki atau perempuan.

4. Menolak buang air kecil dengan cara berdiri atau duduk seperti yang dilakukan anak laki-laki atau perempuan.

5. Mereka menyatakan ingin menyingkirkan alat kelaminnya dan memiliki alat kelamin yang diinginkan.

6. Mereka meyakini akan tetap tumbuh sebagai perempuan ketika dewasa, meskipun memiliki fisiknya laki-laki dan sebaliknya.

7. Mereka mengalami tekanan ekstrim tentang perubahan tubuhnya selama masa pubertas.

Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, gejala dysphoria gender meliputi:

1. Mereka merasa jenis kelaminnya sudah tidak selaras dengan tubuhnya.

2. Jijik melihat alat kelaminnya. Ada pula yang tidak ingin mandi, berganti pakaian atau berhubungan seks agar tidak melihat alat kelaminnya.

3. Berkeinginan kuat untuk mengganti alat kelaminnya.

Berita Terkait

Berita Terkini