Himedik.com - Sebanyak tiga dari 10 wanita di Amerika Serikat yang berminat menggunakan fasilitas dari pelayanan kesehatan dan keluarga berencana mendapat perlakuan kejam dari pasangannya karena pilihan yang mereka buat untuk kepentingan reproduksinya. Hal itu disebutkan oleh para peneliti pada Senin (6/1/2019).
Sebuah ulasan tentang penelitian dalam jurnal BMJ Sexual & Reproductive Health mengungkapkan, para wanita mengalami berbagai siksaan dari pasangannya jika tidak patuh. Bentuknya yakni, mulai dari paksaan terhadap pilihan terkait reproduksi, perebutan atau perusakan alat kontrasepsi, hingga ancaman kekerasan.
Baca Juga
Ini yang Harus Dilakukan Jika Pasangan Merasa Sakit Saat Bercinta
Lagi! Artis Terjerat Narkoba, Simak Cara Narkoba Bikin Pemakainya Ketagihan
Psikopat dan Sosiopat, Ini Perbedaan Keduanya
Alami Edema Saat Hamil, Tunangan Jordan Pickford Patahkan Cincin Rp9 M
Sempat Khawatir Berat Badannya Naik, Begini Kondisi Kehamilan Tasya Kamila
"Menurutku fenomena ini masih sedikit belum disadari orang-orang," kata penulis utama Profesor Sam Rowlands kepada Thomson Reuters Foundation.
"Kontrol reproduksi tidak selalu menimbulkan bahaya bagi wanita, tetapi jelas bahaya itu malah datang dari pasangannya," imbuhnya.
Dikutip dari New Straits Times, program keluarga berencana (KB) telah diakui khalayak luas sebagai hak asasi manusia. Para ahli pun mengatakan, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dapat meningkatkan akses perempuan ke dalam pendidikan dan pekerjaan, serta membantu memutus siklus kemiskinan.
Namun, dari tinjauan tersebut ditemukan fakta bahwa pria yang melakukan pemaksaan kehendak terhadap pasangannya, ternyata merupakan hal yang sudah biasa.
Para penulis mendefinisikan fenomena 'reproductive coercion' ini sebagai beragam perilaku yang berdampak pada kemampuan wanita untuk berkuasa atas tubuhnya dan pilihannya yang berhubungan dengan rencana dalam berkeluarga.
Contoh reproductive coercion yakni ancaman emosional, melubangi kondom, hingga membuang pil kontrasepsi. Contoh lain bisa juga tindakan yang disebut 'stealthing', yakni ketika seorang pria diam-diam melepas kondom saat berhubungan seks, tanpa persetujuan dengan pasangannya.
Perilaku ini juga termasuk memaksa wanita melanjutkan kehamilan atau melakukan aborsi.
Ann Moore, dari organisasi penelitian yang berfokus pada masalah seksual dan reproduksi, Guttmacher Institute, menambahkan, masalah ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Moore mengatakan bahwa dia telah mendengar kisah-kisah reproductive coercion dari India hingga Zambia.
"Fenomena ini tentunya mengakibatkan kesehatan reproduksi yang buruk karena perempuan tak bisa lagi memilih atau menggunakan metode kontrasepsi yang mereka rasa terbaik untuk mereka," kata Moore.