Wanita

Tragis, Bayi Meninggal 30 Menit Sebelum Operasi Caesar

Kisahnya mengharukan...

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Ilustrasi operasi caesar. (unsplash)
Ilustrasi operasi caesar. (unsplash)

Himedik.com - April Hinson (38) harus siap menerima kabar bahwa bayi yang akan ia lahirkan meninggal tepat sebelum tim medis melakukan operasi caesar.

Bayi yang diberi nama Sianna Frye ini hidup selama 38 minggu dalam kondisi lubang besar di belakang kepalanya yang membuat otaknya tak bisa terbentuk dengan benar.

Dokter pun menyarankan agar Sianna diaborsi, tetapi ditolak oleh sang ibu. Menurut tim medis, Sianna didiagnosis menderita anencephaly, sebuah kondisi saraf yang langka.

Hanya enam dari setiap 10.000 bayi yang dilahirkan dengan anencephaly. Kondisi ini memengaruhi perkembangan otak bayi atau sumsum tulang belakang ketika tulang tengkorak mereka tidak terbentuk dengan benar.

Sianna lahir dengan berat 3,4 kg. "Saya mendapat kehormatan penuh untuk bisa menggendongnya dan saya bisa merasakannya bergerak. Ketika dia lahir, saya hanya terus mengatakan kepadanya bahwa saya mencintainya dan betapa sempurnanya dirinya," tutur April.

"Saya mencintainya sampai pada titik di mana cinta ini begitu tanpa syarat padanya. Gadis kecil ini memiliki begitu banyak orang yang mencintainya dan menginginkan yang terbaik untuknya," tambahnya.

Ilustrasi bayi dalam inkubator - (Unsplash/Hush Naidoo)
Ilustrasi bayi dalam inkubator - (Unsplash/Hush Naidoo)

Tragisnya, dia meninggal hanya 30 menit sebelum April menjalani operasi caesar pada 2016.

"Setiap kasus anencephaly berbeda. Bagian belakang kepala Sianna terbuka lebar, sehingga tidak sulit melihat bagian belakang kepalanya, dan saya sudah mempersiapkan diri untuk melihatnya," ungkap April.

Ia menjelaskan bahwa otak anaknya terus jatuh ketika ia tidak membungkusnya dengan kain. Namun, dirinya tidak merasa sedih atau malu untuk memasukkan otaknya kembali ke tengkoraknya.

Para perawat juga membantu saya untuk menangani ini. "Itu tidak lengket sama sekali. Kami memiliki handuk yang ada di belakang kepalanya. Saya sampai pada titik di mana saya bahkan tidak peduli jika darahnya menimpa saya," ujarnya. 

Ketika dia pertama kali mengetahui bahwa dia hamil kembali pada Agustus 2015, April merasa senang. Dia mengalami kehamilan yang sulit dan berisiko tinggi. Ia juga selalu merasa lemas setiap kali berbaring.

"Saya bilang baik-baik saja, saya tidak akan berbaring untuk tidur, saya akan tidur sambil duduk dan saya akan melakukan apa pun yang harus saya lakukan," kisahnya.

April merasakan kontraksi pada 13 Maret dan kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk operasi caesar. Saat itulah dokter mengatakan Sianna meninggal.

Saya berkata, "Tuhan, biarkan kehendakmu yang terjadi."

"Ada perasaan yang datang pada saya. Itu adalah kedamaian yang sangat besar tetapi dalam hati saya tahu dia sudah pergi."

Setelah operasi, bayinya dibawa ke kamarnya. "Sianna terlahir dengan mata tertutup dan ada satu malam di mana saya bertanya-tanya apa warna matanya.

"Saya membuka kelopak matanya dan sepanjang waktu saya meminta maaf padanya karena saya merasa seperti menyakitinya. Dan saya melihat warna matanya, biru."

"Saya suka membicarakannya. Saya menggendongnya selama 37 minggu dan enam hari. Saya cukup akrab dengannya namun dia meninggal 30 menit sebelum operasi Caesar," ceritanya.

Berita Terkait

Berita Terkini