Wanita

Miris, Tiga Profesor Diduga Lakukan Pelecehan Seksual pada Mahasiswinya

Salah satunya mengirimi foto alat kelaminnya.

Vika Widiastuti | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi pelecehan seksual. (Unsplash/@vidhyaa)
Ilustrasi pelecehan seksual. (Unsplash/@vidhyaa)

Himedik.com - Seorang mantan mahasiswa psikologi di The College of New Rochelle mengaku bahwa tiga profesor di sana melecehkannya secara seksual. Salah satunya mengiriminya foto alat kelamin.

Ironisnya tak ada tindakan dari pihak kampus, malah dia diusir dari kampus.

Melansir dari New York Post, Yvonne Taylor, 43, mengajukan gugatan di Mahkamah Agung Brooklyn, mengatakan bahwa tiga instruktur membuat permintaan seksual di dalam dan di luar kelas dan mengatakan bahwa nilainya akan ditangguhkan jika dia menolak.

Menurut surat-surat pengadilan, Taylor yang merupakan seorang ibu dari tiga anak, mengatakan dugaan pelecehan itu dimulai pada musim gugur 2016 dalam kursus literasi digital profesor Bryan Boatswain.

Dalam sebuah pesan teks pada 11 April 2017, Boatswain diduga mengatakan kepadanya ucapan yang tak pantas.

"Saya berpikir kamu telanjang," tulis pesan itu menurut Taylor, tetapi Boatswain membantah tuduhan itu.

Profesor lain, Hassan Shabazz, mengatakan kepada Taylor bahwa dia tertarik padanya dan dia ingin mengajaknya berlibur.

Dia mendapat nilai B+ dalam kursus psikologi forensiknya, dan Shabazz kemudian mengatakan kepadanya bahwa seandainya dia mengizinkannya melakukan seks oral padanya dia akan mendapat nilai bagus.

"Aku akan mendapat nilai A," kata Taylor kepada The Post.

Berbeda dengan Boatswain, Shabazz mengaku 'menggoda' Taylor tetapi membantah tuduhan bahwa dia mengaitkan dengan nilainya.

Sementara itu, profesor ketiga, Jeffrey Davis, pernah berkata pada Taylor bahwa jika tidak ada kamera pengintai yang mengarah langsung kepadanya, dia akan 'membungkukannya' dan 'membawanya'. Taylor menambahkan bahwa dia juga mengirim pesan berisi foto-foto alat kelaminnya.

Sementara dua profesor lain berkelit, Davis tidak bisa dihubungi untuk dimintai keterangan.

Atas hal itu, Taylor mengatakan berhenti menghadiri kelas-kelas Davis pada bulan Desember dan menyampaikan keluh kesahnya kepada profesor lain yang dia percayai, Timothy Rodgers.

Dia mengatakan, Rodgers setuju untuk membiarkan Taylor menyelesaikan kursusnya secara online, kemudian menelepon keamanan dan mengantarnya ke luar kampus.

Namun, Taylor mengungkapkan bahwa tidak dapat menghadiri kelas secara pribadi membuat nilai rata-rata kelasnya kurang memuaskan, bahkan dia nyaris tidak lulus.

Berita Terkait

Berita Terkini