Wanita

Lakukan Donor darah, Benarkah Remaja Putri Berisiko Kekurangan Zat Besi?

Hal tersebut berarti, mereka berisiko lebih tinggi pingsan dan merasa tidak enak badan seusai mendonorkan darah.

Vika Widiastuti

Donor darah. (unsplash/@LuAnn Hunt)
Donor darah. (unsplash/@LuAnn Hunt)

Himedik.com - Sebuah studi baru mengemukakan, remaja perempuan yang mendonorkan darahnya lebih berisiko mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan pendonor yang memiliki usia lebih tua dan yang tidak melakukan donor.

Hal tersebut berarti, mereka berisiko lebih tinggi pingsan dan merasa tidak enak badan seusai mendonorkan darah.

Studi ini dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins di Baltimore, Maryland, dan juga menunjukkan bahwa kekurangan tersebut dapat memiliki efek buruk pada perkembangan otak remaja perempuan ini.

Di AS, menurut Palang Merah Amerika, diperkirakan 6,8 juta orang menyumbangkan darah setiap tahun dan sebagian besar dari mereka adalah remaja.

Untuk studi yang dipublikasikan dalam jurnal Transfusion ini, para peneliti mengamati 9,647 peserta perempuan berusia antara 16 dan 49 tahun, yang semuanya memberikan sampel darah dan riwayat sumbangan darah mereka. Dari kelompok ini, 2.419 adalah remaja.

Ilustrasi donor darah (Pixabay/Antonio_Corigliano)
Ilustrasi donor darah (Pixabay/Antonio_Corigliano)

Para penulis menjelaskan bahwa mendonorkan darah, yang biasanya akan mengurangi 200-250 miligram zat besi dari pendonor, dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan remaja perempuan.

Khususnya karena remaja memiliki volume darah yang lebih rendah, tetapi kadar zat besi yang lebih tinggi, yang berarti bahwa ketika mereka mendonorkan darah, mereka kehilangan lebih banyak zat besi untuk volume darah yang sama daripada orang dewasa yang lebih tua.

Ada beberapa peraturan yang berlaku di AS untuk melindungi donor darah dari kekurangan zat besi, seperti persyaratan berat minimum dan interval delapan minggu wajib antara waktu donor, tetapi penulis studi mengatakan lebih banyak kebijakan diperlukan untuk mendukung kesehatan perempuan muda.

"Kami tidak mengatakan bahwa donor yang tidak memenuhi syarat seharusnya tidak menyumbang," kata pemimpin penulis penelitian Aaron Tobian, direktur kedokteran transfusi di Rumah Sakit John Hopkins dan profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

"Sudah ada masalah dengan kurangnya pasokan darah di AS. Namun, peraturan baru atau standar akreditasi dapat membantu membuat donor darah lebih aman bagi pendonor muda," ungkap pemimpin penulis penelitian Aaron Tobian, direktur kedokteran transfusi di Rumah Sakit John Hopkins dan profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

Tetapi, para peneliti menekankan ini seharusnya tidak menghalangi orang untuk menjadi donor. Jadi, lebih baik mendorong mereka untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, seperti suplemen zat besi.

Gejala anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, antara lain adalah kelelahan, sesak napas, kulit pucat dan jantung berdebar-debar.

Hal itu dapat dapat diobati dengan mengambil tablet zat besi atau dengan makan makanan kaya zat besi, seperti kacang-kacangan dan sayuran hijau bagi remaja perempuan yang donor darah dan mengalami kekurangan zat besi tersebut. (Suara.com/Dinda Rachmawati)

Berita Terkait

Berita Terkini