Himedik.com - Bagi banyak orang, alergi mungkin cukup menjengkelkan. Namun, untuk Kathryn Berrisford, alergi terhadap sperma suami memberinya manfaat, yakni kehamilan.
Saat berusia 31 tahun, Kathryn, bersama Joss, yang sekarang menjadi suaminya, memutuskan untuk memiliki anak. Dia pun hamil, tetapi kemudian keguguran, dan selama satu setengah tahun berikutnya mengalami keguguran lagi sampai tiga kali.
Baca Juga
Pria Serangan Jantung di Stasiun Cawang, Aksi Wanita Ini Jadi Sorotan
Makan Bakso Sambil Jalan, Siswa SD Meninggal karena Tersedak
Gara-gara Tindik Hidung, Wanita Ini Alami Kelumpuhan
Ingin Cantik ala Korea? Pakai Trik 7&7 untuk Perawatan Kulit Saat Haid
Bawa Bayi dalam Pesawat, Wanita Ini Tulis Surat Minta Maaf, Ada Apa?
Pasangan asal dari Derbyshire, Inggris ini pun sempat putus asa meskipun kemudian tetap berusaha demi kehamilan Kathryn.
Wanita yang bekerja di klinik kesuburan ini pun meminta bantuan rekan-rekannya untuk melakukan beberapa tes lebih lanjut, setelah tes dari NHS tak membuahkan hasil.
Menurut hasil tes darah sederhana dari seorang spesialis imunologi reproduksi, ternyata keguguran itu disebabkan oleh tipe jaringan dan antigen dalam darah Kathryn dan Joss yang mirip.
"Tubuhku tidak menganggap sperma dari embrio sebagai benda asing, sehingga kehamilan tidak bisa lanjut," katanya, dikutip dari BBC, Minggu (24/2/2019).
Kathryn lantas harus menjalani terapi kekebalan leukosit. Sel darah putih pasangannya disuntikkan dalam tubuh Kathryn, sehingga menyebabkan reaksi alergi, yang membuat tubuhnya mengenali sel-sel sperma Joss sebagai benda asing.
Benar saja, cara tersebut berhasil, dan Kathryn hamil lagi. Pada 2005 Kathryn melahirkan bayinya, yang diberi nama Mae.
"Darah Joss diambil. Lalu sel darah putihnya disuntikkan ke lenganku, dan karena itu, pada saat sperma dan sel telur bertemu, tubuhku menganggap embrio itu sebagai benda asing dan proses kehamilan pun dimulai," kata Kathryn.
Dia kemudian melahirkan anak keduanya, Luke, 13 bulan kemudian, melalui prosedur yang sama.