Himedik.com - Tes pap smear sangat dianjurkan untuk perempuan, terutama yang telah aktif secara seksual. Tes ini ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah pada serviks.
Lalu jika hasil tes pap smear positif, apakah pasti mengidap kanker serviks? dr. Venita Eng, MSc, perwakilan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta mengatakan, sesuai fungsinya, pap smear adalah skrining dini.
Baca Juga
Perlu Diwaspadai, Bekerja Saat Weekend Ternyata Tingkatkan Risiko Depresi
Idap Kanker Serviks, Wanita Ini Buat Daftar Keinginan dalam Hidupnya
Idap Kanker, Ayah Ini Hentikan Pengobatan demi Kesembuhan Putrinya
Skincare Saja Ternyata Tak Cukup Jaga Kesehatan Kulit, Ini Kata Dokter
Kisah Bocah 10 Tahun, Sumbangkan Organnya untuk Lima Anak
Dijelaskan dr Venita, pap smear dilakukan untuk melihat apakah ada sel abnormal dan bukan untuk penegakan diagnosis penyakit. Jika ditemukan, belum tentu hal tersebut menandakan adanya kanker serviks.
"Ketika pap smear hasilnya positif, maka dia pasti kena kanker, bukan begitu," ungkap dr. Venita ditemui Suara.com di Plaza Indonesia, baru-baru ini.
"Pap smear positif artinya selnya tidak normal. Untuk memastikan dia kanker atau tidak, akan kita rujuk untuk dibiopsi," urainya.
Biopsi dilakukan di dokter spesialis kebidanan. Sel dari daerah yang dicurigai terkena kanker diambil untuk dites di laboratorium.
Dikatakan dr Venita, pap smear dianjurkan dilakukan sejak perempuan sudah mulai aktif secara seksual dan sudah menikah. Idealnya, pap smear dilakukan satu tahun sekali, dan sekurang-kurangnya tiga tahun sekali.
Ia mengakui bahwa masih ada anggapan keliru soal pap smear. Hal ini menurutnya terjadi akibat kurangnya informasi yang memadai soal pap smear dan kanker serviks.
"Padahal pap smear nggak sakit kok. Setelah pap smear juga nggak ada pantangan, nggak boleh ini, nggak boleh itu. Makanya untuk perempuan, yuk pap smear," tutupnya. (Suara.com/M. Reza Sulaiman)