Wanita

Punya Banyak Utang, Mahasiswi Ungkap Praktik Ilegal Jual-Beli Sel Telur

Ia diberi obat perangsang indung telur sebelum sel telur dipanen.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi sel telur - (Shutterstock)
Ilustrasi sel telur - (Shutterstock)

Himedik.com - Seorang mahasiswi di China memutuskan menjual sel telur karena terlilit utang hingga Rp127,9 juta. Ia pun mengungkapkan cerita di balik praktik ilegal itu, yang mengharuskan dirinya menjalani dua prosedur pembedahan.

Menurut South China Morning Post, Selasa (19/3/2019), pasar gelap sel telur ini kebanyakan mengambil persediaan dari mahasiswi. Berdasarkan kasus terbaru, sel telur seorang mahasiswi dijual kepada pasangan infertil yang mencoba memiliki dua anak setelah kebijakan satu anak dihapus.

Dalam sebuah potongan rekaman suara yang diperoleh Thepaper.cn, seorang wanita dari Wuhan, provinsi Hubei, yang meminta tak disebutkan namanya, menceritakan secara rinci bagaimana dia menjual 29 sel telurnya melalui dua prosedur terpisah.

Wanita itu mengatakan, selama melakukan kedua prosedur, ia diberi obat lebih dari 10 hari untuk merangsang indung telurnya sebelum sel telur dipanen melalui prosedur yang ia jalani tanpa anestesi.

Normalnya, seorang wanita menghasilkan satu telur setiap bulan, dan obat kesuburan dapat menyebabkan berbagai efek samping, termasuk perubahan suasana hati, mual, dan peningkatan risiko keguguran.

Ilustrasi sel telur disuntik - (Shutterstock)
Ilustrasi sel telur disuntik - (Shutterstock)

Menurut Thepaper.cn, agen ilegal yang mencari mahsiswi untuk menjual sel telur, mereka biasanya menyebarkan iklan di beberapa kampus di Wuhan dan sering dipasang di asrama wanita.

"Mereka akan memeriksa tingkat pendidikanmu, status kesehatanmu, beberapa (agensi, -red) juga mempertimbangkan tinggi badan dan penampilan," kata mahasiswi yang menjual sel telur untuk membayar utang itu.

Menjelang operasi kedua, wanita itu diperiksa setiap beberapa hari di rumah sakit, tetapi dia mengatakan, prosedurnya dilakukan di klinik ilegal agensi.

"Kali pertama, di Shanghai, saya minum obat anti-inflamasi selama tiga hari setelah operasi," katanya. "Kali kedua, di Wuhan, saya diberi obat anti-inflamasi selama empat hari."

Sebelumnya, pada 2017, seorang remaja di provinsi Guangdong hampir tewas setelah ia dioperasi untuk menjual sel telurnya ke agen ilegal seharga Rp31,7 juta. Dia jatuh sakit tiga hari setelah menerima suntikan untuk merangsang indung telurnya dan harus dirawat di rumah sakit.

Dokter mengatakan, indung telurnya telah rusak parah. Dua anggota staf agensi pun dipenjara masing-masing selama satu tahun 10 bulan karena melakukan praktik pengobatan secara ilegal.

Berita Terkait

Berita Terkini