Wanita

Wanita Ini Derita Tumor Otak Raksasa, Gejalanya Berupa Serangan Panik!

Seorang wanita sering mengalami serangan panik hingga dikira idap gangguan panik, ternyata punya tumor raksasa di otak.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi serangan panik (pixabay)
Ilustrasi serangan panik (pixabay)

Himedik.com - Serangan panik tidak hanya sebagai tanda gangguan panik, tetapi juga bisa penyakit serius. Seperti Catherine Wilcockson yang meminta semua orang jangan mengabaikan serangan panik jika tak kunjung mereda meski sudah berobat.

Catherine Wilcockson (36), seorang ibu 3 anak itu mengaku sering mengalami gejala serangan panik. Setelah diperiksa ternyata ia memiliki tumor otak seukuran buah apel.

Sebelumnya, Catherine Wilcockson mengaku mudah merasa lelah selama setahun terakhir. Tetapi, ia mengira itu hanya kelelahan biasa.

Akhirnya Januari 2019, Catherine mulai mengalami serangan panik saat bermain dengan putrinya. Ia pun langsung pergi ke dokter karena mengira menderita derelisation dan diberi obat antidepresan.

Tetapi, Catherine terus mengalami serangan pank karena obat tersebut tidak berpengaruh pada kondisinya. Beberapa bulan kemudian, Catherine mengalami kejang hingga terjatuh dan mengenai kepala putrinya.

Catherine pun segera dibawa ke rumah sakit umum menggunakan ambulans. Setelah CT scan, terungkap bahwa Catherine memiliki tumor sebesar buah apel di otaknya.

Ilustrasi kanker atau tumor otak. (Shutterstock)
Ilustrasi kanker atau tumor otak. (Shutterstock)

Wanita 36 tahun itu pun meyakini bahwa tumor otaknya sudah ada sejak masih anak-anak. Karena, Catherine teringat bahwa orangtuanya sudah menduga ia memiliki tumor otak di awal usia 20 tahun.

Beruntungnya, ahli bedah masih bisa mengangkat sebagai tumor otaknya. Tetapi, tumor tersebut masih berisiko tumbuh kembali. Kini, Catherine pun harus menunggu kemoterapi kedua.

"Saya pergi ke dokter bulan Januari dan saya menjelaskan kondisiku yang saya pikir hanya derelisation. Dokter memberikan obat antidepresan tetapi tidak bekerja sampai saya harus cuti selama 3 minggu di bulan Januari," ujar Catherine dikutip dari metro.co.uk.

Catherine mengatakan bahwa dosis obatnya sempat ditingkatkan karena masih mengira serangan paniknya merupakan gejala derelisation. Karena tak kunjung baik, Catherine merasa dokter perlu pemindaian lebih lanjut.

"Saya melihat orang-orang dengan derelisation mengalami serangan panik seperti saya. Tetapi, saya baru menyadari bahwa dokter salah diagnosis yang ternyata penyebabnya tumor otak. Karena itu, saya menyarankan orang-orang agar menyelidiki lebih dalam ketika mengalami serangan panik," jelasnya.

Catherine menyangka tumor otaknya sudah tumbuh sejak usia 6 tahun karena penyakit itu telah memengaruhi kepribadian serta kehidupan sehari-harinya.

Karena itulah ukuran tumor otaknya sudah sebesar buah apel. Bahkan dokter mengatakan kalau Catherine sudah memiliki tumor tersebut sejak 20 tahun lalu.

"Tumor itu bisa diobati tetapi juga bisa tumbuh kembali. Tapi mudah-mudahan jika tumor tumbuh lagi setelah 5-10 tahun lagi ketika tenaga medis sudah memiliki solusinya," jelasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini