Wanita

Puasa 18 Jam, Perawat Sebut Ramadan Tahun Ini Sangat Berat

Terlebih ia harus berhadapan dengan pasien virus corona di rumah sakit dan terus memakai APD.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

ilustrasi perawat - (Pixabay/valelopardo)
ilustrasi perawat - (Pixabay/valelopardo)

Himedik.com - Ramadan tahun ini menjadi seakan menjadi tatangan tersendiri bagi sekelompok orang, terutama tenaga medis di seluruh dunia yang harus berpuasa sambil merawat pasien Covid-19.

Inilah yang dirasakan oleh Aisha Agmed, seorang perawat di Pusat Kesehatan Moss Side, Manchester, Inggris. Ia harus merawat puluhan pasien setiap harinya sambil berpuasa 18 jam.

Aisha mengatakan kepada Manchester Evening News, dalam kondisi normal, berpuasa saat bekerja tidak akan ada masalah. Namun, stres tambahan, beban kerja dan pemakaian APD telah membuatnya hampir tidak tahan.

Tugas Aisha adalah memantau pasien yang memiliki riwayat penyakit kronis penyerta seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Tak hanya itu, ia juga berhadapan dengan pasien yang juga didiagnosis Covid-19.

"Ketika saya di tempat kerja, saya sekarat di balik masker. Biasanya bekerja selama bulan Ramadan baik-baik saja dan saya bisa mengatasinya, tetapi sekarang dengan semua situasi yang penuh tekanan, itu 100 kali lebih buruk," tuturnya.

"Masalahnya adalah saya memakai kerudung, lalu aku pakai pelindung, lalu masker dan kemudian aku memakai scrub dengan pakaian pelindung, dalam cuaca seperti ini."

"Jika ini musim dingin, itu akan berbeda (kondisinya), tetapi panas dan tidak ada kipas angin atau AC karena risiko infeksi sehingga kau berkeringat, dan kau benar-benar haus."

Wanita 38 tahun ini pun mengatakan akibat cuaca panas, ia sampai mendapati kakinya melepuh, dan merasa ingin berbuka puasa lebih cepat.

"Saya sudah puasa sejak berusia 10 tahun, saya tidak pernah tergoda untuk membatalkannya tetapi beberapa hari terakhir saya telah berpikir, apakah saya perlu minum karena saya haus."

"Saya menelepon ayah saya untuk bertanya apakah boleh saya berbuka puasa karena saya benar-benar dehidrasi dan saya tidak ingin pingsan, dan dia bilang kalau saya pasti bisa."

Ilustrasi perawat (Pexels/skeeze)
Ilustrasi perawat (Pexels/skeeze)

Pada akhirnya, Aisha mengaku dirinya sama sekali tidak berbuka puasa.

"Tetapi memang seburuk itu."

Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga membuat tradisi di keluarganya berubah. Bahkan, kedua anak Aisha mengatakan Ramadan tahun ini terasa berbeda karena saudara-saudaranya tidak datang untuk berbuka puasa bersama.

Di rumah, Aisha benar-benar menjaga agar anggota keluarganya tidak terpapar virus corona, mengingat anak-anaknya mengidap asma dan orangtuanya menderita diabetes.

Ia mengaku tidak lagi memakai cincin kawinnya di tempat kerja dan tidak bersentuhan dengan anak-anaknya di rumah sampai ia mandi.

Secara fisik, mental dan spiritual, Ramadan tahun ini adalah tahun yang paling menuntut Aisha.

Meski begitu, ia tetap ingin mengabdikan dirinya dan menjalankan apa yang sudah disumpahnya ketika memutuskan untuk menjadi perawat.

Berita Terkait

Berita Terkini