Wanita

Ibu yang Depresi Pengaruhi Denyut Jantung Bayi, Bagaimana Dampaknya?

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang menderita depresi atau kecemasan memiliki tanda stres secara fisiologis sejak dini.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi ibu gendong bayinya. (Pixabay/blankita_ua)
Ilustrasi ibu gendong bayinya. (Pixabay/blankita_ua)

Himedik.com - Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan depresi bisa mengalami denyut nadi yang lebih cepat. Hal tersebut yang dikhawatirkan dapat menyebabkan tekanan emosional yang membekas saat bayi tumbuh dewasa. 

Melansir dari Medical Xpress, interaksi ibu dan bayi terutama pada bulan-bulan awal kelahiran sangat berperan dalam perkembangan kesehatan anak. Beberapa ibu, terutama yang menderita gangguan suasana hati seperti depresi, kecemasan, atau depresi pasca persalinan, mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi pada bayi. 

Sayangnya masalah gangguan suasana hati sering terjadi selama kehamilan dan periode pascapartum, terjadi pada 10-20 persen wanita.

Ilustrasi baby blues [shutterstock]
Ilustrasi baby blues [shutterstock]

Pada temuan awal mereka, peneliti Jerman telah menunjukkan bahwa bayi dari ibu yang memiliki gangguan kecemasan atau depresi mengalami peningkatan denyut jantung yang signifikan dengan rata-rata 8 denyut per menit lebih banyak daripada bayi dari ibu yang sehat.

"Sepengetahuan kami, ini adalah pertama kalinya efek fisik ini terlihat pada bayi berusia 3 bulan. Hal ini dapat memengaruhi sistem stres fisiologis lain di mana mengarah pada masalah psikologis yang membekas hingga dewasa," kata peneliti Fabio Blanco-Dormond dari Universitas Heidelberg.

Dalam penelitian ini, para peneliti merekrut 50 ibu dan bayinya di mana 20 ibu menunjukkan depresi atau gangguan kecemasan sementara  30 lainnya dinyatakan sehat.

"Kami menemukan bahwa jika seorang ibu merasa cemas atau depresi, bayi mereka memiliki respons fisiologis yang lebih sensitif terhadap stres selama tes penelitian daripada bayi dari ibu yang sehat," kata Blanco-Dormond.

"Ini adalah temuan awal, jadi kami perlu mengulanginya dengan sampel yang lebih besar untuk memastikan bahwa hasilnya konsisten", imbuhnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini